Matan yang diterbitkan oleh pengarangnya seperti novel, puisi dan
sebagainya pasti selalu diiringi unsur-unsur yang disediakan oleh penerbit,
percetakan, dan editor yang dapat disebut dengan paratext. Paratext ini
merupakan kerangka dari matan inti dan dapat merubah interpretasi masyarakat
terhadap matan tersebut. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa paratext
merupakan sebuah konsep dalam interpretasi sebuah karya sastra.
Paratext terbagi menjadi dua bagian yaitu: peritext dane pitext.
Adapun peritext merupakan segala hal yang
berkaitan dengan matan/isi dalam suatu buku tetapi bukan matan itu sendiri. Seperti sampul buku,
judul buku, tandatangan penulis, penerbit, tahun terbit, kata pengantar,
biografi penulis, catatan-catatan yang
ada di samping matan tetapi tak ada kaitannya sama sekali dengan matan seperti catatan hutang dan
lain-lain. Peritext berfungsi sebagai alat transisi ke matan utama. Peritext menyajikan informasi terlebih dahulu kepada
pembaca sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami isi suatu buku. sedangkan epitextmengacu pada unsur-unsur tambahan yang
pada awalnya bukan bagian dari buku tetapi tetap membingkai buku tersebut. Seperti,
hasil review seseorang terhadap suatu buku, film yang ceritanya dikutip dari sebuah buku baik itu puisi ataupun prosa, hasil wawancara pengarang suatu buku dan
lain-lain. Epitext bersifat lebih umu+m dan tak terbatas cakupannya disbanding peritext karena peritext ruang lingkupnya hanya dalam suatu buku sedangkan epitext ruang lingkupnya sangatluas karena mencakup segala sesuatu
yang ada diluar fisik suatu buku tetapi tetap membingkai buku tersebut. Adapun pengertian dari paratext itu sendiri adalah gabungan dari peritext dan epitext yaitu segalahal
yang berkaitan dengan matan suatu buku baik di dalam buku ataupun di luar buku atau dapat di rumuskan " paratext= peritex +epitext" .
Istilah paratext ini pertama
kali dicetuskan oleh seorang strukturalis asal Perancis bernama Gerard Genette. beliau lahir di Paris, Perancis tahun 1930.
Beliau menerima jabatan sebagai guru besar di jurusan sastra Perancis di Sorbonne(
University of Paris) pada tahun 1967. Diantara posisi lain yang pernah beliau
jabat yaitu sebagai Direktur penelitian di school for advanced studies in
the social sciences dan kunjungan profesor di Yale University.
Genette menghabiskan karirnya untuk memahami bagaimana mengolah penulisan
sastra, apa pengaruhnya dan bagaimana membedakanya dengan bentuk penulisan yang
lain. Dan salah satu pemikirannya yang paling terkenal adalah konsep narratology.
Beliau mendefinisikan paratext itu sendiri adalah segala sesuatu yang
tercetak pada suatu buku dan menyertai matan itu sendiri seperti nama penulis,
judul, pengenalan, ilustrasi dan lain-lain.
Dapat dipahami dari konsep paratext yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa
paratext dan kodikologi memiliki kaitan yang sangat erat. Kodikologi itu
sendiri merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah dari segi fisiknya saja
bukan membahas apa yang dikandung oleh naskah itu sendiri baik itu sejarahnya,
kondisinya, proses penyalinannya dan lain sebagainya. Dan setiap manuskrip
pasti memiliki unsur-unsur paratext baik itu peritext seperti judul manuskrip,
sampul, catatan-catatan di samping matan yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan apa yang dibahas oleh matan itu sendiri, nama penyalin, nama pengarang
dan lain-lain, maupun epitext seperti perdagangan manuskrip, teknik penjilidan
manuskrip, katalogisasi manuskrip, salinan manuskrip, hasil terjemahan
manuskrip, preservasi manuskrip, dan lain-lain. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa paratext tidak
terdapat pada buku-buku saja melainkan manuskrip juga memiliki unsur-unsur
paratext yang menjadi objek kajian kodikologi itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar